Status terkini dan Trend Penerapan Nanoteknologi di sektor pertanian menjadi salah satu materi dari Seminar Nanoteknologi : Aplikasi Nanoteknologi di bidang Pertanian yang sekaligus menjadi Grand Opening The First Indonesia Nano Fair di ruang Sidang Utama (RSU) Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS), 25 September 2011 kemarin.
Teknologi yang diyakini sebagai main feature technology in the future yaitu nanoteknologi, didiskusikan peluang dan strategi penerapannya dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Hadir sebagai salah satu pembicara utama adalah ketua MNI, Dr. Nurul Taufiqu Rochman yang sekali lagi menegaskan pentingnya mendalami Nanoteknologi dalam 5 hingga 15 tahun mendatang.Apalagi dibidang Pertanian yang sebenarnya Indonesia sangat potensial, mengingat Indonesia salah satu negara agraris.
Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam yang melimpah sehingga dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengembangkan nanoteknologi. Nurul mengatakan kebutuhan nanomaterial dunia yang akan melonjak tajam dalam 5 tahun mendatang akan menjadi peluang yang sangat baik bagi Indonesia untuk memainkan peranannya. “Lagi pula memproduksi nanomaterial tidaklah sesulit yang dibayangkan”, tambahnya lagi. Sebagai contoh, pasir basi yang juga mengandung silika dan alumina dapat berdaya ekonomi puluhan hingga ratusan kali jika dibandingkan dengan menjual begitu saja. Besi yang dihasilkan dapat menjadi material struktur, toner dll. Sedangkan silica dan alumina yang merupakan komponen samping dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar keramik, mebran, sensor, dll. Belum lagi TiO2 yang dapat dimanfaatkan sebagai pigmen. Semua ini dapat dilakukan dengan sentuhan nanoteknologi. Selain pasir besi masih banyak mineral lainnya yang juga berpotensi sama. Selain itu, kekayaan alam hayati juga menyimpan potensi yang sama dahsyatnya jika dikembangkan dengan nanoteknologi.
Hadir sebagai pembicara kedua yaitu dosen dari Fakultas Pertanian , Dr.Ir. Endang Yuniastuti, MSI, yang menjelaskan tetntang Aplikasi Nanoteknologi pada Bidang Pertanian untuk pengolahan produk herbal dan obat-obatab Tradisional. Setiap spesies tumbuhan merupakan sumber bahan kimia hayati (chemical resource), sehingga biodiversitas dapat dipandang sebagai suatu industri atau pabrik bahan kimiawi yang brproduksi sepanjang tahun menghasilkan bahan kimia yang berguna (chemical Propectives) melalui rekayasa dibidang teknologi, salah satunya melaui nanoteknologi.
Tak banyak orang awam yang akrab dengan teknologi nano. Nanometer artinya satu per satu miliar meter. Sesuai dengan namanya, teknologi ini berkaitan dengan penciptaan benda-benda kecil, yang mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nanometer. Satu nanometer sama dengan sepersejuta milimeter.
Keunggulan produk Nanoherbal sendiri dibanding produk herbal yang biasa , yaitu produk bioteknologi Nano akan lebih cepat diserap dibandingkan produk yang tidak menggunakan teknologi tersebut sehingga dari segi penggunaan akan lebih efisien, Ibu Endang juha menambahkan teknologi Nano dapat juga membantu kelarutan, stabilitas, dan kemampuan penyerapan dalam dunia kefarmasian, dan juga dengan teknologi nano, produk herbal tidak akan menghasilkan ampas, lebih stabil, dan efektif dalam mengobati, karena dengan ukuran partikelnya yang berukuran nano, penyerapannya jauh lebih baik.
Sesi terakhir seminar yaitu Audiensi, dibuka dengan pengenalan dan penjelasan tentang i The First Inonesia Nanofair, dan juga serangkaian acara dari Nano Fair tersebut oleh mahasiswi jurusan Kimia UGM, Mbak Putri. Dengan sangat semangat Mbak Putri mengajak kita sebagai mahasiswa ikut berpartisipasif dalam upaya pengembangan Nanoteknologi di Indosia, yang sekarang kondisinya masih masif.
Selanjutnya, dari UNS sendiri diperkenalkan Nano Club kepada para audiens, sebagai salah satu wadah diskusi dan salah satu upay amemperkenalan nanoteknologi ke mahasiswa. Terakhir, dari Presiden Nano lub Indonesia, Suryandaru juga tak kalah semangat mengajak dan memotivasi audiens untuk bersama-sama mengembangkan nanoteknologi ini. Beliau huga menyampaikan tetntang Urgensi Kelompok Studi Nanoteknologi dan Inisiasi Pembentukan Nanoclub.
Sesi terakhir seminar yaitu Audiensi, dibuka dengan pengenalan dan penjelasan tentang i The First Inonesia Nanofair, dan juga serangkaian acara dari Nano Fair tersebut oleh mahasiswi jurusan Kimia UGM, Mbak Putri. Dengan sangat semangat Mbak Putri mengajak kita sebagai mahasiswa ikut berpartisipasif dalam upaya pengembangan Nanoteknologi di Indosia, yang sekarang kondisinya masih masif.
Selanjutnya, dari UNS sendiri diperkenalkan Nano Club kepada para audiens, sebagai salah satu wadah diskusi dan salah satu upay amemperkenalan nanoteknologi ke mahasiswa. Terakhir, dari Presiden Nano lub Indonesia, Suryandaru juga tak kalah semangat mengajak dan memotivasi audiens untuk bersama-sama mengembangkan nanoteknologi ini. Beliau huga menyampaikan tetntang Urgensi Kelompok Studi Nanoteknologi dan Inisiasi Pembentukan Nanoclub.
0 komentar:
Posting Komentar