Dijelaskan, bahan roti, dan bahan kayu itu sama, ada unsur utama yaitu karbon dan hidrogen. Jadi, kayu tinggal dihancurkan ke bentuk material nano dan disusun kembali dengan komposisi sesuai keinginan sehingga menjadi roti.
Sejak empat tahun lalu, Nurul sibuk mensosialisasikan teknologi nano. Nanoteknologi, yakni menghaluskan partikel hingga berukuran nano, setelah dihaluskan, kemudian partikel diaplikasikan dalam bentuk baru. "Bukan hanya kayu dari roti. Tapi juga bisa merubah arang jadi intan. Kita bisa berbuat apa saja.
Nanometer sendiri artinya satu per satu miliar meter, sehingga teknologi ini juga berkaitan dengan penciptaan benda-benda kecil. Nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nm. Satu nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau sepersejuta millimeter. Istilah ini kadangkala diterapkan ke teknologi sangat kecil.
Pengertian nano teknologi adalah ilmu, dan tekhnik menyusun mengontrol atom demi atom atau molekul untuk membuat dunia baru. Objek dipecah sampai plasma, lalu dilakukan ionisasi membuat bentuk baru. "Kita bisa membuat apa saja. Ini adalah revolusi teknologi," katanya menuturkan.
Nurul kembali mencontohkan, dengan nano teknologi, dapat membuat pakaian tidak perlu lagi dicuci karena tahan kotor, tahan bau, dan anti bakteri. Material nano dalam bentuk bubuk misalnya ZnO berukuran nano (satu per miliar meter -red) yang dilapiskan ke serat-serat fiber membuat tekstil menjadi berkarakter nano. "Pakaian tetap basah, dan normal. Ini diambil dari fenomena yang terjadi diatas daun talas," katanya.
Teknologi nano sendiri banyak merujuk pada fenomena alam. Baginya tokoh spiderman bukanlah cerita fiksi belaka. Pada binatang tokek misalnya. Di setiap ujung jarinya terdapat spatula (bulu halus) sehingga membuat tokek lengket. Bulu-bulu halus ini masuk ke dalam rongga-rongga kosong di dinding, sehingga bisa membuat tokek lengket di dinding.
Peran teknologi nano dalam pengembangan teknologi informasi (IT, information technology), sudah tidak diragukan lagi. Bertambahnya kecepatan komputer dari waktu ke waktu, meningkatnya kapasitas hardisk dan memori, semakin kecil dan bertambahnya fungsi telepon genggam, adalah contoh-contoh kongkrit produk teknologi nano di bidang IT.
Saat ini, sejumlah negara maju di dunia sudah mulai mengembangkan nanoteknologi. Nanoteknologi dibagi menjadi empat generasi. Generasi pertama, kata Nurul, lebih kepada pembuatan nanopartikel dan tak perlu teknologi tinggi untuk membuatnya.
Ia mencontohkan, nanopartikel ditaburkan ke dalam kandungan kosmetik seperti bedak yang melindungi kulit dari sinar matahari (UV) atau minuman suplemen yang diberi partikel nano sehingga kandungannya lebih baik. Beberapa alat pemutih kulit dari Jepang yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, secara tidak sadar telah memakai produk nano teknologi.
Selanjutnya generasi kedua, sudah meningkat pada teknologi assembling dari partikel nano, misalnya teknologi nano dalam pembuatan layer monitor sehingga layar monitor menjadi terang, teknologi nano dalam pembuatan chip komputer, atau memori handphone dengan ukuran ringan namun kapasitasnya tinggi.
Sedangkan teknologi nano generasi ketiga memerlukan material nano dengan presisi yang sangat tinggi antara lain membuat suatu sistem yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk membunuh sel kanker. "Obat kanker dengan teknologi nano. Jika diminum akan langsung menuju ke pusat kanker dan langsung membunuh virusnya. Jadi, penderita kanker dapat disembuhkan dan tak perlu takut jika rambutnya akan rontok jika minum obat," katanya menjelaskan.
Sedangkan generasi keempat yang masih merupakan mimpi adalah rekayasa molekul (nanomolekuler) di mana mesin nano bakal mampu mengubah-ubah benda, termasuk membuat kayu menjadi roti atau arang menjadi intan. Bahkan, sudah ada khayalan mesin pembuat semua jenis barang. Termasuk "khayalan gila" yaitu menciptakan manusia sungguhan. "Teknologi nano bisa membuat bangsa ini lepas dari kemiskinan. Jika pertanian atau pusat industri memakai teknologi nano. Aplikasi nanoteknologi akan membuat revolusi baru dalam dunia industri. APBN kita bisa berpuluh-puluh kali lipat," katanya optimis.
Dirinya mencontohkan, dengan teknologi nano bisa menciptakan baja dengan kekuatan 10 kali lebih kuat dari super. Kekuatan ikatan suatu senyawa logam menjadi lebih kuat antara lain karena partikel nano itu mampu mengisi rongga antarpartikel yang berukuran besar pada senyawa tersebut, sehingga logam itu menjadi jauh lebih padat. "Ini bisa mengurangi kebutuhan biji baja Indonesia yang membutuhkan lima ton setiap tahunnya," katanya.
Dalam pasir besi yang diekspor dari Riau ke Singapura, dinilai banyak mengandung logam langka. Oleh masyarakat sekitar dijual Rp250 sekilo. Tapi dengan teknologi nano yang sederhana dan pengolahan yang tak rumit. Pasir besi bisa diolah menjadi tinta printer dengan harga Rp250 ribu.
Mengabdi di LIPI dan kembali ke Indonesia setelah 15 tahun tinggal di Jepang bukan pilihan yang mudah. Setelah selesai program doktor di Universitas Kaghosima Jepang, pada tahun 2000 dirinya sempat mendapat tawaran menetap di Jepang dan menjadi pegawai dengan iming-iming gaji jauh lebih besar terus diterimanya, tetapi dia memilih pulang. "Saya 'gak rela bangsa ini diremehkan. Masyarakat harus sadar teknologi. Jangan sampai jadi budak teknologi," kata penerima Post Doctor dari Domestic Research Fellow, Japan Science and Technology Corporation (JST).
Di Jepang, temuan-temuan Nurul pada nano teknologi sangat fenomenal. Dia menemukan cara membersihkan logam berat timbal (Pb) dari kuningan dengan nanoteknologi. Dengan temuan ini, Nurul bisa membuat jutaan meter limbah kuningan di Jepang menjadi bernilai tinggi. Temuan ini dipatenkan, dengan nama Nurul tercantum sebagai penemu utama, membawahi para peneliti Jepang lainnya.
Sejak sepuluh tahun terakhir, Nano teknologi menjadi perhatian dunia. Banyak negara-negara di dunia dan dipercaya sebagai kunci untuk memenangkan persaingan global. Investasi di bidang ini pun melonjak. Pada tahun 2004, Uni Eropa (UE) telah menginvestasikan dana US$1,8 miliar di bidang ini. AS sendiri berada di urutan kedua dengan investasi US$961 juta dan Jepang di urutan ketiga dengan nilai investasi US$940 juta.
Sedangkan Indonesia baru menginvestasikan dana US$0,1 juta di bidang nanoteknologi. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, misalnya, Singapura yang menginvestasikan dana US$9 juta, Thailand US$5 juta, dan Malaysia US$4 juta.
Namun, sekali layar terkembang, pantang surut. Dengan hanya membeli komponen di Glodok, Jakarta. Ia berhasil menciptakan alat pembuat partikel nano. "Seperti latihan pedang si Zorro. Fokus dan konsisten," kata Suami dari Dr,Etik Mardiyati MEng, yang juga ayah lima anak ini.
Selain itu, untuk mengenalkan teknologi nano pada usia dini. Dirinya menciptakan Nano- Edu, paket pengajaran nanoteknologi untuk pelajar, berisi buku dan alat peraga. "Dalam waktu dekat, kita juga akan menerbitkan buku berjudul "100 Doktor Nano Indonesia," kata Nurul.